BULETIN
YPCS 3
Home Page Keluargaku

Tentang Daku

Ortuku

Album Foto

Kontak Daku

Link Favorit Daku

Campur Sari

Buku Tamu

YPCS 1

YPCS 2

YPCS 3

Putra Papaku1

Putra Papaku 2

Gambar-Gambar

Gallery 1

Gallery 2

Gallery 3



Hartono Lukito di depan komputer kerjanya.

Hartono Lukito
"Bengkel Campursari"


SUSAH dibayangkan, ada sebuah studio rekaman berkapasitas 64 track dalam sebuah rumah biasa di kawasan Jl Jeruk Semarang. Pemilik "Musiku Record" itu, Hartono Lukito, merasa bangga atas studionya. "Ini hasil rakitan sendiri, mula-mula juga didirikan dari utang sana-utang sini," katanya sambil tertawa.

Kini, setiap hari studio rekaman dengan sistem digital itu tak pernah kosong dari jadwal rekaman. Hampir sebagian besar kaset-kaset Didi Kempot terkena polesan studionya. Mulai dari menggarap aransemen, mixing hingga mengedit rekaman dan "mbetulin" komposisi rekaman yang tak beres. Maka, kaset-kaset seperti Mepet, Bapak, Piye Makanine lantas Sholawat-nya Didi Kempot, adalah hasil dari olahan tangan dingin Hartono dan Totok, sang asisten.

Karena sistem computerized dan digital, sekali mixing bisa memola kapasitas hingga 64 track. "Tapi jarang ada rekaman memanfaatkan kapasitas sebesar itu. Berdasarkan pengalaman, saya cuma memanfaatkan sampai 30 track, dan itu sudah cukup," kata bapak dua anak kelahiran Semarang, Mei 1954 ini.

Di Semarang, Hartono merasa belum apa-apa dibanding aranger lain. Di rumahnya, kedua anaknya juga berminat ke musik. Ia punya ruang kerja sempit untuk memprogram MIDI.

Order yang paling ramai adalah lagu-lagu pop Jawa. "Mulai dari campursari, keroncong sampai dangdut. Itu cara saya mencari makan, tapi idealisme dan kepuasan saya sebenarnya bukan di situ," katanya sembari memainkan sepenggal ritme jazz dengan pianonya.

Menurutnya, boom lagu Jawa, terutama sejak Didi Kempot merajai dunia rekaman, bikin produser Jakarta geleng-geleng kepala. Mereka merasa keok dengan garapan para programer dari Jawa Tengah. "Meski di Jakarta banyak yang bagus, aromanya akan lain," kata Hartono, yang dalam tiap garapan musiknya di sejumlah kaset menggunakan nama Hartec.

"Banyak orang pintar main musik, tapi belum tentu tahu komposisi rekaman. Sehingga satu sama lain seperti berlarian sendiri-sendiri. Orang yang sudah tahu kapasitas dan komposisi rekaman seperti Mas Hartono, akan lebih pas menggarap musik rekaman," tutur Totok, operator studio yang bekerja secara single tersebut.

Melenceng

Memang agak aneh basic awal Hartono yang kini menekuni musik dan recording ini. Lulusan IKIP Semarang jurusan Teknik Kimia ini mula-mula adalah seorang pelukis. Kemudian ia menekuni gitar hingga ikut band segala.

Tapi, perkembangan keyboard yang demikian dahsyat membuat Hartono "melenceng" ke alat musik itu. Sulungnya, Sheila Devi Lukito, mengikuti bakatnya sebagai pemain keyboard di grup cewek Diamond. Sementara Bastian Rae Lukito, anak keduanya, kini sedang menekuni gitar akustik.

Mulai menekuni aransemen lagu-lagu campursari sejak 1993, ketika Manthous dan Didi Kempot naik daun. Bahkan kaset keroncong Mus Mulyadi pernah masuk dalam bengkel kerjanya. Ada seorang produser meminta Hartono membenarkan komposisi aransemen dari musisi lain.

"Saya selalu bisa memahami ini, karena tak semua player tahu persis tentang komposisi rekaman. Meski lebih gampang membuat aransemen ulang, tapi saya selalu memahami hal itu," kata aranger yang nge-fans banget dengan lagu-lagunya Didi Kempot ini.



Update terakhir 03 Nopember 2000 10:30 WIB.